Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KONEKSI ANTAR MATERI-PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

 A. Sintesis

a) Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)

Pembelajaran Sosial Emosional merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ranah kognitif, apektif dan psikomotorik dalam beadaptasi dan bersosialisai baik sebagai individu, bagian dari lingkungan dan sebagai makhluk sosial. Pembelajaran sosial emosional di lingkungan sekolah dilakukan secara kolaboratif oleh semua warga sekolah. Pembelajaran sosial emosional merupakan sebuah proses yang dilakukan seseorang untuk menumbuhkan kesadaran diri dalam mengenali emosi dirinya sendiri. Dalam bentuk emosi atau ekspresi marah, sedih, kecewa, bahagia, senang bahkang kaget. Ketika seseorang telah mengenali karakter serta  emosi dirinya, maka dia akan berusaha untuk mengendalikan serta mengelola emosi tersebut. Dengan kesadaran penuh dia akan berpikir dan berusaha untuk mengahadapi emosi yang dirasakannya.

b) Ruang Lingkup PSE (Pembelajaran Sosial Emosional)
Dengan mengidentifikasi emosi yang ada dalam dirinya, seseorang akan mampu mengelola dan bisa memposisikan diri sebagai individu lain. Melalui hal tersebut, seseorang akan memunculkan rasa empati dan kepedulian terhadap orang lain. Berawal dair rasa empati dan peduli menjadikan seseorang akan memiliki keterampilan sosial yang baik. Seorang juga harus memiliki daya lenting atau resiliensi yang senantiasa belajar dan selalu berlatih untuk mengambil keputusan dengan rasa penuh tanggungjawab. Serta mampu untuk memiliki kemampuan pengambilan keputusan dengan melihat berbagai sudut pandang dari hal tersebut. Pembelajaran sosial emosional dapat diterapkan dalam ruang lingkup dan teknik yang berbeda-beda. Adapun gambarannya adalah sebagai berikut:
1) Ruang lingkup Rutin bisa menggunakan beberapa teknik yaitu Menuliskan cerita tentang kejadian sebelum berangkat sekolah dan perasaan yang sedang dirasakan di buku catatan harian, melakukan kebiasaan berbahasa dengan baik ketika di sekolah maupun di luar sekolah, Kegiatan jumat bersedekah, jumat bersih, lomba kebersihan dan keindahan kelas, dan ikrar belajar;
2) Ruang lingkup terintegrasi pada mata pelajaran bisa menggunakan teknik : Melakukan refleksi, sapaan di setiap awal pembelajaran, diskusi kelompok, simulasi kegiatan, dan Kesepakatan Kelas;
3) Ruang Lingkup Protokol atau budaya tata tertib, teknik yang digunakan : membiasakan datang tepat waktu, membiasakan menghargai pendapat orang lain, membiasakan perilaku 3S ketika berjumpa seluruh warga sekolah, Kegiatan bakti sosial dan membuat kolase diri.

B. Koneksi Pembelajaran Sosial-Emosional

Modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional selalu mengajarkan kepada para pendidik untuk memiliki keluasaan spiritual, intelektual, moral dan emosional dalam mendidik. Mendidik untuk menuntun dan mengarahkan peserta didik mendapatkan kebahagian hakikinya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat sebagai makhluk sosial. Keleluasaan yang dimilki pendidik tersebut lebih dikuatkan oleh pembelajaran sosial emosional.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Profil pelajar pancasila adalah sebuah asa dan cita yang diharapkan dicapai oleh Guru Penggerak. Terciptanya pelajar yang berke-Tuhan-an yang Maha Esa, berakhlakul karimah, berinisiatif untuk melakukan sesuatu tanpa diperintah,  melakukan sesuatu positif dengan bergotong royong. Pelajar yang memiliki ide kreatif dalam menghadapi sebuah permasalahan, pelajar yang selalu menimbang dan mempertimbangkan suatu isu dengan tidak menelannya bulat-bulat, dan pelajar yang kompeten dan siap berkompetisi dengan isu dan tantangan global. Profil ideal tersebut akan cepat terrealisasi jika guru memiliki nilai positif yang tertanam dalam dirinya dan mampu memerankan fungsinya yang tidak hanya menjadi pemimpin pembelajaran tetapi mampu bergerak bersinergis serta menggerakkan ekosistem sekolah yang berpihak pada peserta didik. Maka sangat dibutuhkan pendidik yang mampu berkolaborasi dengan seluruh elemen yang ada di sekolah melalui pembelajaran sosial emosional.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Sekolah sebagai wadah untuk menumbuhkembangkan segala potensi yang dimilki warga sekolah khususnya murid. Optimalisasi potensi peserta didik sangat dibutuhkan untuk menjadikan mereka mampu tumbuh dan berkembang sesuai kodrat zaman dan alamnya. Berawal dari visi sekolah dapat terciptanya sekolah yang berpihak pada murid dan terwujudnya murid-murid impian. Murid-murid yang secara intelektual mumpuni, secara emosi matang dan secara sosial positif. Sekolah memberikan ruang seluas-luasnya kepada seluruh warga untuk menggali lebih dalam pengetahuan dan pengalaman melalui pembelajaran sosial emosional.

Modul 1.4 Budaya Positif

Kelas merupakan lingkungan terkecil dalam sekolah tempat penanaman dan pembiasaan budaya positif. Budaya yang menjadi keagungan sekolah. Budaya yang menjadikan satu sekolah berbeda dari sekolah lainnya. Di kelaslah peserta didik dan guru memainkan emosinya. Di kelas merupakan langkah  awal bagi seorang guru dan peserta didik belajar mengenali emosi, mengelola emosi, menumbuhkan dan menanamkan rasa empati, berdaya lenting, serta belajar dan berlatih untuk membuat sebuah keputusan yang bertanggung jawab. Proses pembelajaran sosial emosional membantu guru dan peserta didik untuk terbiasa melakukan budaya positif.

Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki hubungan dengan pembelajaran sosial emosional. Di mana pembelajaran sosial emosional ini akan memandu seorang guru mampu mengelola pembelajaran berdiferensiasi secara baik. Pembelajaran yang selalu mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta didik dengan memetakan minat, bakat dan profil belajar murid. Dalam hal ini, guru berperan menggali potensu belajar murid dengan baik menuju murid yang berprofil Pancasila. Mengidentifikasi gaya belajar seperti apa yang diinginkan oleh murid dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan agar murid merasa nyaman terhadap proses pembelajaran yang dilakukannya. Kemampuan murid dan gaya belajar siswa yang diklasifikasikan menjadi gaya belajar visualisasi, auditori, dan mempraktikkan langsung (kinestetik). Perbedaan gaya belajar siswa ini harus terfasilitasi oleh guru dalam proses pembelajaran agar belajar menjadi bermakna karena disusun berdasarkan kesenangan siswa dalam belajar. 

 

Salam Sehat dan Bahagia.

Calon Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Majalengka 2021

Posting Komentar untuk "KONEKSI ANTAR MATERI-PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL"